Sabtu, 06 Februari 2016

Belajar dari Kesalahan

Setiap orang tidak lepas dari kesalahan. Namun,  kesalahan-kesalahan tersebut, hendaknya mengarah pada memperbaiki diri.   Dalam Kitab Riyadushshalihin, Rasulullah bersabda, bahwa pada jaman  dahulu, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 manusia. Sang  laki-laki tersadar akan kesalahannya, lalu ia mencari seorang rahib  (pendeta). Laki-laki tersebut mendatanginya lalu bercerita bahwa dirinya  telah membunuh 99 orang.</span><br /><span>“Masihkah ada pintu taubat untukku?” Tanya Sang lelaki.<br />“Tidak!” Jawab Rahib dengan tegas.<br />Mendengar jawaban itu, laki-laki tersebut membunuhnya. Maka, genaplah jumlah orang yang dibunuhnya menjadi 100 orang.<br />Namun,  laki-laki itu tanpa menyerah tetap mencari orang ‘alim ulama yang  bijaksana. Dia pun ditunjukkanlah pada seorang laki-laki alim.<br />Seperti  pada pertemuan dengan Rahib, laki-laki tersebut menceritakan dirinya  telah membunuh sebanyak 100 jiwa, masihkah ada taubat untuknya?<br />“Ya,  siapakah yang dapat menghalangi antara dirinya dengan taubat?” Jawab  ulama tersebut. “Pergilah ke negeri ini dan itu, karena di sana terdapat  orang-orang yang menyembah Allah Swt. Beribadahlah kepada Allah bersama  mereka dan jangan kembali ke negerimu, karena negerimu itu merupakan  negeri yang buruk!”<br />Laki-laki itu pun berangkat. Ketika menempuh separuh perjalanan, ajal pun menjemputnya.<br />Dalam  proses amal ibadah laki-laki tersebut, terjadilah perselisihan antara  malaikat rahmat dengan malaikat azab. “Siapakah yang lebih berhak  membawa ruhnya?”<br />Perselisihan tersebut karena Malaikat Rahmat  beralasan bahwa orang ini datang dalam keadaan bertaubat dan  menghadapkan hatinya kepada Allah. Sedangkan Malaikat Azab beralasan  bahwa orang ini tidak pernah melakukan kebaikan.<br />Allah Swt  mengutus malaikat yang menyerupai manusia mendatangi keduanya untuk  meyelesaikan masalah itu. Malaikat itu berkata, “Ukurlah jarak antara  kedua negeri/tempat itu (negeri asal dan negeri yang ditujunya), mana  yang lebih dekat, maka ia berhak dengannya.”<br />Para malaikat itu pun  mengukur, lalu mereka menemukan bahwa pembunuh itu lebih dekat ke  negeri (yang berpenduduk orang-orang yang menyembah Allah Swt) yang akan  ditujunya. Maka malaikat rahmatlah yang berhak membawa ruh orang  tersebut.” <b>(Muttafaq ‘Alaih)</b><br /><br />Dari waktu ke waktu kita semua melakukan kesalahan, maka hidup itu pembelajaran untuk terus mengurangi kesalahan.</span></div>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar