<strong>Isra mi’raj</strong> merupakan peristiwa yang menunjukkan bukti kemukjizatan Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul. Isra adalah perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, sedangkan Mi’raj adalah perjalanan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha atau langit ke tujuh. Peristiwa Isra Mi’raj hanya berlangsung satu malam, tetapi sangat istimewa dan mengandung pesan hikmah bagi kehidupan manusia, terutama umat Islam.
Peristiwa isra mi’raj ini dapat kita lihat pada Kitab Shahih Bukhari. Abu Dzar menceritakan, Rasulullah Saw bersabda, “Ketika aku di Mekah, atap rumahku terbuka. Tiba-tiba datang Malaikat Jibril a.s. Lalu dia membelah dadaku kemudian mencucinya dengan menggunakan air zamzam. Dibawanya pula bejana terbuat dari emas berisi hikmah dan iman, lalu dituangnya ke dalam dadaku dan menutupnya kembali. Lalu dia memegang tanganku dan membawaku menuju langit dunia. Tatkala aku sudah sampai di langit dunia, Jibril a.s berkata kepada Malaikat penjaga langit, ‘Bukalah!’
Malaikat penjaga langit berkata, ‘Siapa ini?'
Jibril menjawab, ‘Ini Jibril.’
Malaikat penjaga langit bertanya lagi, ‘Apakah kamu bersama orang lain?’
Jibril menjawab, ‘Ya, bersamaku Muhammad Saw.’
Penjaga itu bertanya lagi, ‘Apakah dia diutus sebagai Rasul?'
Jibril menjawab, ‘Benar.'
Ketika dibuka, dan kami sampai di langit dunia, saat itu ada seseorang yang sedang duduk, di sebelah kanan orang itu ada sekelompok manusia begitu juga di sebelah kirinya. Apabila dia melihat kepada sekelompok orang yang di sebelah kanannya ia tertawa, dan bila melihat ke kirinya ia menangis. Lalu orang itu berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan anak yang saleh.’
Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia?’
Jibril menjawab, ‘Dialah Adam a.s. Adapun orang-orang yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah ruh-ruh anak keturunannya. Mereka yang ada di sebelah kanannya adalah para ahli surga, sedangkan yang di sebelah kirinya adalah ahli neraka. Maka, jika dia memandang ke sebelah kanannya, dia tertawa dan bila memandang ke sebelah kirinya, dia menangis.'
Aku kemudian dibawa menuju langit kedua, Jibril lalu berkata kepada penjaganya seperti terhadap penjaga langit pertama. Maka langit pun dibuka.”
Anas bin Malik menambahkan, kemudian Nabi Muhammad Saw menyebutkan bahwa pada tingkatan langit-langit itu beliau bertemu dengan Adam, Idris, Musa, Isa dan Ibrahim—semoga Allah memberi shalawat-Nya kepada mereka. Nabi Muhammad Saw tidak menceritakan keberadaan mereka di langit tersebut, kecuali bahwa beliau bertemu Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.
Anas bin Malik melanjutkan, bahwa ketika Jibril berjalan bersama Nabi Muhammad Saw, ia melewati Idris. Idris berkata, “Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara yang saleh.”
Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril, “Siapakah dia?”
Jibril menjawab, “Dialah Idris.”
Lalu Nabi Muhammad Saw berjalan melewati Musa, ia pun berkata, “Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara yang saleh.”
Nabi Muhammad Saw bertanya kepada Jibril, “Siapakah dia?”
Jibril menjawab, “Dialah Musa.”
Kemudian Nabi berjalan melewati Isa, dan ia pun berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Nabi Muhammad Saw bertanya kepada Jibril, “Siapakah dia?”
Jibril menjawab, “Dialah Isa.”
Kemudian Nabi Muhammad Saw melewati Ibrahim, dan ia pun berkata, “Selamat datang Nabi yang saleh dan anak yang saleh.”
Nabi bertanya kepada Jibril, “Siapakah dia?”
Jibril menjawab, “Dialah Ibrahim Saw.”
Ibnu Abbas dan Abu Habbah al-Anshari menceritakan bahwa Nabi Saw bersabda, “Kemudian aku dimi’rajkan hingga sampai ke suatu tempat yang aku dapat mendengar suara pena yang menulis.”
Anas bin Malik menyebutkan bahwa Nabi Saw bersabda, “Kemudian Allah Azza wajalla mewajibkan kepada umatku shalat sebanyak lima puluh kali. Aku pergi membawa perintah itu hingga aku berjumpa dengan Musa, lalu ia bertanya, ‘Apa yang Allah perintahkan buat umatmu?’
Aku jawab, ‘Shalat lima puluh kali.’
Lalu dia berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tidak akan sanggup!’ Maka, aku kembali dan Allah mengurangi setengahnya. Aku kemudian menemui Musa dan aku katakan bahwa Allah telah mengurangi setengahnya. Tetapi ia berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu karena umatmu tidak akan sanggup.’
Aku lalu kembali menemui Allah dan Allah kemudian mengurangi setengahnya lagi. Kemudian aku kembali menemui Musa, ia lalu berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tetap tidak akan sanggup.’
Aku kembali lagi menemui Allah Ta’ala, Allah lalu berfirman, ‘Lima ini adalah sebagai pengganti dari lima puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku!’
Aku kembali menemui Musa dan ia kembali berkata, ‘Kembailah kepada Rabb-Mu!’
Aku katakan, ‘Aku malu kepada Rabb-ku.’
Jibril lantas membawaku hingga sampai di Sidratul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang aku tidak tahu benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah-kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kesturi.”
Mi’raj Nabi Muhammad Saw menetapkan kewajiban shalat lima waktu bagi umatnya. Tidak hanya itu, dalam riwayat Abu Daud dari Anas bin Malik disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Ketika aku dinaikkan ke langit (dimi’rajkan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga. Kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, ‘Wahai Jibril, siapa mereka itu?’ Jibril menjawab, ‘Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka.’”
Demikianlah, peristiwa isra mi’raj merupakan momen penuh keajaiban yang menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia (<i>hablumminallah wa hablumminannas</i>).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar