Sabtu, 06 Februari 2016

Ketika Iri

Sifat yang tidak jarang hinggap pada diri manusia, baik secara sengaja maupun tidak. Padahal, sifat iri dapat memotivasi orang berlaku kejam dan keji. Sifat iri biasanya tidak ingin melihat orang lain bahagia, malah kalau orang lain bahagia, dia menjadi merasa menderita. Dalam kamus bahasa Indonesia, iri adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung, dsb). Iri juga bisa dikatakan cemburu, sirik, dan dengki. (sumber: <a href="http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php">http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php</a>)

Sifat iri ini biasanya disertai dengan sifat sombong. Sifat-sifat ini dimiliki oleh Iblis. Iblis dengan sombong menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Ketika Iblis diusir dan dihukum, dia setuju tetapi meminta agar umurnya diperpanjang dan diijinkan agar dapat mengajak anak cucu Adam ikut dengan mereka. Allah mengabulkan permintaan mereka.

Pertumpahan darah pertama akibat sifat iri dalam sejarah manusia adalah ketika Habil dan Qabil, anak-anak Adam berselisih dan berakhir dengan kematian. Qabil tidak setuju dengan keputusan Adam, dan dia merasa iri atas kemenangan Habil, saudaranya, maka dengan kalap ia membunuh Habil.

Kita juga dapat bercermin pada kisah perjalanan Nabi Yusuf. Yusuf dibuang dan dipisahkan dengan ayahnya oleh saudara-saudaranya. Saudara-saudara Yusuf iri terhadap Yusuf karena mereka melihat Yakub, ayah mereka, terlalu mengistimewakan Yusuf. Kecemburuan dan keirian inilah yang membuat mereka sepakat untuk memisahkan Yusuf dari ayah mereka agar kasih sayangnya kembali kepada mereka. Namun, setelah mereka berpisah, saudara-saudara Yusuf malah melihat penderitaan ayahnya yang teramat sangat, sehingga mereka tak sanggup untuk mengobatinya.

Demikianlah, Iblis telah berhasil mengajak anak cucu Adam untuk menemani mereka di neraka. Iblis akan menularkan sifat-sifat tercelanya kepada manusia agar di akhirat kelak ia mendapatkan teman di neraka.

Kembali kita menelusuri perjalanan Qabil, apakah dia bahagia setelah membunuh Habil, saudaranya? Ataukah saudara-saudara Yusuf mendapatkan apa yang mereka inginkan? Ternyata tidak. Mereka hanya mendapat penderitaan. Qabil menyesal dan pergi mengembara dengan mendapat berbagai penderitaan baik fisik maupun batin. Begitu pula dengan saudara-saudara Yusuf, mereka menderita. Berbeda dengan Yusuf, walaupun penuh duri dia terus berjalan dan meraih kesuksesan dan kebahagiaan.

Mungkin, secara sengaja ataupun tidak kadang kita memiliki perasaan iri terhadap seseorang. Maka, bila sifat iri ini hinggap, salah satu yang bisa dilakukan adalah bertaubat atau beristighfar, dan bersegera mengolah pikiran kita agar positif thinking. Jangan biarkan sifat iri terpupuk terus, karena hal ini dapat memunculkan perbuatan tercela. Apa pun yang kita tuai, maka itulah hasil dari apa yang kita tanam.

<i>Wallahu’alam bishshawab</i>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar